Peran Vitamin C Dosis Tinggi di Tengah Pandemi Virus Corona – Jumlah pasien positif Covid-19 di berbagai negara di dunia terus meningkat, termasuk di negara kita, Indonesia. Di negara kita sendiri per kemarin (31/03) total positif Covid-19 tercatat 1.528 orang, 81 di antaranya bisa sembuh sedangkan 136 lainnya meninggal.
Hal tersebut membuktikan bahwa virus corona penyebab Covid-19 ini menyebar dengan mudah dan begitu cepat. Oleh karena itu, patut kita waspadai karena bisa menimbulkan gejala yang berkembang pesat menjadi sindrom gangguan pernapasan akut atau acute respiratory distress syndrome serta syok septik.
Gejala tersebut bisa diikuti oleh kegagalan banyak organ karena cytokine storm yang diinduksi oleh virus di dalam tubuh. Kejadian semacam inilah yang menunjukkan fatalitas dari Covid-19 sehingga meningkatkan risiko kematian bagi penderitanya.
Seperti dikatakan oleh Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK (K), bahwa sekitar 80 persen kasus Covid-19 menunjukkan gejala ringan dan bahkan tanpa disertai gejala apapun (asimptomatik), akan teapi sekitar 20% kasus bisa berkembang menjadi gejala sedang hinngga gejala berat yang disebut severe acute respiratory infection (SARI).
Mengutip dari hasil wawancara Kompas.com Senin (30/3/2020), dr. Prasetyadi juga menyampaikan bahwa hal tersebut akan dijumpai pada pasien-pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah atau immunocompromised. Gejala sedang hingga berat juga berpotensi dialami oleh kelompok masyarakat, sebagai berikut:
- Usia tua atau lansia dengan penyakit yang diderita sebelumnya
- Penderita diabetes
- Penderita hipertensi
- Penderita asma bronchiale
- Penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
dr. Prasetyadi juga menegaskan bahwa higiene personal mutlak harus dilakukan oleh setiap orang untuk mencegah penularan virus corona. Menurutnya, menjaga kesehatan pribadi dan keluarga merupakan kunci utama, di samping tindakan social and physical distancing.
Kemudian, bagaimana dengan konsumsi suplemen atau vitamin untuk mendongkrak daya tahan tubuh agar tidak mudah tertular virus corona?
Menurut dr. Prasetyadi, mengutip dari pandangan ahli kimia penerima hadiah Nobel Kimia, Linus Pailing pemakaian vitamin C direkomendasikan. Dia menyampaikan, karena pada dasarnya manusia tidak dapat mensintesis vitamin C, maka manusia harus mendapatkan vitamin C dari sumber lain, seperti suplemen, makanan maupun obat.
Vitamin C dikenal sebagai co-faktor enzimatik anti-oksidan yang penting untuk reaksi fisiologis, seperti produksi hormon, sintesis kolagen, dan potensiasi imun (sistem kekebalan tubuh).
Vitamin C diangkut dalam tubuh melalui membran seluler yang diperantarai oleh ko-transporter natrium vitamin C (SVCT). Selain itu, vitamin C secara spontan mengoksidasi, baik intraseluler dan ekstraseluler menjadi bentuk yang tidak aktif secara biologis, yang disebut dehydroascorbate (DHA).
DHA tidak stabil pada pH fisiologis dan mengalami proses reduksi enzimatik oleh glutathione (GSH). DHA juga dapat dihidrolisis secara ireversibel. Dengan rangkaian proses oksidatif enzimatik lainnya yang diperantari GSH, thioredoxin, dan NADPH, membuat produksi spesies oksigen reaktif (ROS) atau radikal bebas meningkat serta akan diikuti aktivasi sel-sel imun di dalam tubuh.
Oleh karena itu, dr. Prasetyadi juga mengungkapkan bahwa vitamin C dosis tinggi akan bertindak sebagai pro-oksidan dengan cara yang tergantung pada tipe dan jenis sel.
Dia menambahkan, dalam berbagai penelitian secara meta-analisis, telah terbukti juga bahwa pengobatan vitamin C dosis tinggi intravena (IV) memiliki manfaat yang signifikan dalam pengobatan sepsis dan syok septik.
Sepsis adalah sindrom disfungsi organ yang mengancam jiwa yang dipicu oleh reaksi inflamasi sistemik inang yang mengganggu mikroorganisme patogenetik dan produk-produknya. Secara analogi, efek menguntungkan dari vitamin C dosis tinggi intravena dalam sepsis dan syok septik kemungkinan besar disebabkan oleh efek imunosupresifnya.
Vitamin C ketika digunakan sebagai agen parenteral dalam dosis tinggi dapat bertindak pleiotropis dan berperan dalam fungsi:
- Melemahkan ekspresi mediator pro-inflamasi
- Meningkatkan kemampuan fisiologik alveolar pada paru-paru
- Bertindak sebagai antioksidan untuk meningkatkan fungsi sel epitel paru-paru sehingga fungsi fisiologik respiratorik meningkat
Sehubungan dengan peran prooxidant vitamin C yang lebih membutuhkan konsentrasi farmakologis (milimolar) daripada fisiologis (mikromolar), maka pemberian vitamin C dosis tinggi akan menjadi pilihan tepat waktu untuk menangani sindrom gangguan pernapasan akut terkait Covid-19.
“Secara keseluruhan, pasien yang didiagnosis dengan Covid-19 dan dirawat di rumah sakit dengan kesulitan bernapas dan biomarker abnormal tampaknya menjadi kandidat untuk pengobatan vitamin C dosis tinggi intravena pada periode awal penyakit,” jelas dokter yang sehari-hari praktik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tersebut.
Dikutip dari laman Kompas.com dengan judul “Peran Vitamin C Dosis Tinggi di Tengah Pandemi Virus Corona”
Daftar Isi